Kamis, 28 April 2011

KISAH-KISAH SUFI: RAKSASA DAN SUFI

Seorang ahli sufi yang sedang mengadakan perjalanan lewat sebuah perbukitan yang terpencil tiba-tiba berhadapan dengan raksasa setan tinggi besar, yang akan menghancurkannya. Sufi itu berkata, "Baik, silahkan mencobanya, tetapi aku bisa mengalahkanmu, sebab aku sangat perkasa dalam berbagai hal, lebih dari yang kau bayangkan." "Omong kosong," kata Raksasa. "Kau ahli Sufi, yang terpikat pada masalah rohani. Kau tak akan bisa mengalahkan aku, sebab aku memiliki kekuatan badaniah, aku tiga puluh kali lebih besar darimu."


"Kalau kau menginginkan uji kekuatan, ambil batu ini dan perahlah air darinya," kata Sufi.  Ia memungut sebutir batu kecil lalu memberikannya kepada si Setan. Setelah berusaha sekuat tenaga, Raksasa itu menyerah. "Tak mungkin, tak ada air dalam batu ini. Coba tunjukkan kalau memang ada airnya." Dalam keremang-remangan, Sang Sufi mengambil batu itu, juga mengambil sebutir telur dari kantungnya, lalu memerah keduanya, meletakkan tangannya di atas tangan Raksasa. Sang Raksasa sangat terkesan, sebab orang memang suka terkesan oleh hal-hal yang tidak dipahami, dan menghargainya tinggi-tinggi, lebih tinggi dari yang seharusnya mereka berikan.


"Aku harus memikirkan hal ini," katanya. "Mari kuajak kau ke guaku, dan akan kujamu kau malam ini." Sang Sufi mengikutinya masuk ke sebuah gua yang sangat besar, penuh dengan barang-barang milik para pengembara tersesat yang sudah dibunuh, benar-benar merupakan gua Aladin. "Berbaringlah disebelahku, dan tidurlah, besok aku akan rnemberikan keputusan," kata Si Setan. Iapun membaringkan dirinya dan segera tertidur.


Sang Sufi, yang secara naluri mengetahui adanya bahaya pengkhianatan, segera merasa harus bangkit dan menyembunyikan diri ditempat yang agak jauh dari Raksasa. Itu dilakukannya sesudah mengatur tempat pembaringannya tadi, agar seolah-olah nampak ia masih tidur disamping Si Raksasa.


Tidak lama setelah ia pindah tempat itu, Si Raksasa pun bangun. Ia mengambil sebuah batang pohon, menghajar Ahli Sufi yang dikiranya masih tidur di sebelahnya itu dengan tujuh pukulan yang sangat kuat. Lalu ia berbaring lagi, langsung tidur. Sang Sufi kembali ketempat tidurnya semula, berbaring lalu memanggil Raksasa. "O Raksasa, guamu ini sangat menyenangkan, tetapi aku baru saja digigit nyamuk tujuh kali. Kau harus menyingkirkan nyamuk itu.' Hal ini tentu saja sangat mengejutkan Raksasa sehingga ia tidak berani lagi menyerang Sang Sufi. 


Paginya, Si Raksasa memberikan kantong kulit lembu kepada Sang Sufi, katanya, "Ambil air untuk makan pagi, agar kita bisa membuat teh." Sang Sufi tidak mengambil kantong itu (yang begitu besar sehingga diangkatpun sulit), tetapi pergi menuju ke sebuah sungai kecil untuk menggali saluran air kecil ke arah gua. Si Raksasa menjadi haus, "Kenapa tak kau bawa air?"


"Sabar, sobat, saya sedang membuat saluran tetap menuju mulut gua, agar nantinya kau tak usah membawa-bawa kantong berat itu untuk mengambil air." Tetapi Raksasa itu terlalu haus dan tak sabar menanti. Diambilnya kantong kulit itu, lalu ia menuju ke sungai mengisinya dengan air. Ketika teh sudah tersedia, ia meminum beberapa galon, dan pikirannya mulai menjadi agak jernih. "Kalau kau memang kuat –dan kau memang telah membuktikannya– kenapa tak bisa kau gali saluran itu secara cepat, tetapi sejengkal demi sejengkal?"


"Sebab," kata Sang Sufi, "tak ada hal yang sungguh-sungguh berharga bisa dikerjakan tanpa penggunaan tenaga sesedikit mungkin. Setiap hal menuntut penggunaan tenaga sendiri-sendiri; dan saya menggunakan tenaga sesedikit mungkin untuk menggali saluran. Disamping itu, aku tahu bahwa kau begitu terbiasa menggunakan kantong kulit itu sehingga tidak bisa meninggalkan kebiasaanmu.”


Catatan:
Kisah ini sering terdengar di warung-warung di Asia Tengah, dan menyerupai cerita rakyat di Eropa pada abad pertengahan. Versi ini berasal dari suatu Majmua (kumpulan kisah darwis) yang aslinya ditulis oleh Hikayati pada abad kesebelas, menurut kolofon, tetapi dalam bentuknya yang kita baca ini ia berasal dari abad ke enam belas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar